Selamatkan Kehidupan Guru Honorer di Pelosok Negeri Akibat Pandemi

14 March 2022 (Batas Waktu)

Terkumpul Rp. 1,062,300 dari Rp. 100,000,000 (1%)
Donasi Sekarang

Profesi sekaligus status guru honorer kini semakin horor dan mencekam. Betapa nasib mereka di tengah pandemi yang entah kapan berakhirnya, kian mengkhawatirkan. 

Penghasilan mereka kini tak menentu, bahkan tak sedikit yang tidak berpenghasilan karena pihak sekolah tidak memberikan honornya. Dengan alasan, mereka para guru honorer tidak melakukan aktivitas seperti mengajar di sekolah. 

Meski memang sebagian sekolah ada yang masih memberikan honornya kepada para guru honorer dari dana BOS yang sudah ditentukan dari pemerintah. Tapi itu baru sebagian kecil saja yang bernasib mujur seperti itu. Kebanyak dari mereka tidak menerima honor. 

Berbeda dengan para guru yang statusnya pegawai negeri (PNS), mereka tetap menerima gaji bulanan karena sudah ditanggung sama negera. 

Padahal jasa guru honorer tidak beda besarnya dengan para guru dengan status pegawai negeri. Tapi nasib penghasil mereka jauh, bagaikan langit dan bumi. 

Kondisi dari “pahlawan tanpa tanda jasa yang sebenarnya” hari ini bisa jadi terjadi hampir di seluruh pelosok negeri. Lebih mengkhawatirkan lagi ketika dari mereka ada yang menjadi tulang punggung keluarga. 

Seperti yang dialami Siti Rinjani Dewi, (43), seorang guru honorer di SD Ujung Gagak 3, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, merasa sangat berat menghadapi kondisi yang tidak normal seperti sekarang ini. Karena ia harus membiayai kebutuhan keluarganya sendiri, sementara pintu penghasilan satu-satunya yaitu dari gaji guru sudah tidak bisa diandalkan lagi. 

“Saya sudah 13 tahun menjadi guru honorer di SD Ujung Gagak 3 ini. Banyak suka dan duka di sini sebagai guru. Tapi kondisi seperti sekarang ini saya merasa sangat berat, karena sekolah diliburkan,” tutur Ibu Siti dengan wajah haru. 

Kondisi seperti itu juga dialami Ending Wita Hartati, guru honor PAUD Sribihari 2, Ciberem. Ia mengaku sangat kesulitan mencari penghasilan, guna memenuhi kebutuhan kesehariannya bersama keluarga. 

Penghasilan bulanan dari honorer guru memang tidak terlalu besar. Malah Ibu Ending yang sudah 14 tahun menjadi guru honorer di PAUD itu mendapatkan Rp 300 ribu perbulan. Itu pun pembayaran dari sekolahnya sering terlambat karena harus menunggu cair dari dana BOS. 

“Tambahan penghasilan saya dari jualan makanan kecil-kecilan yang dibawa ke sekolah tiap hari. Itu sangat membantu. Tapi sudah beberapa bulan ini kan sekolah diliburkan,” jelasnya. 

Kendati demikian, kondisi pandemi seperti sekarang ini tak menyurutkan semangat Ibu Siti mau pun Ibu Ending dalam mengajarnya. Buktinya beberapa bulan ini mereka tetap mengajar dor to dor kepada peserta didik mereka. Meski tak digaji sekali pun oleh pihak sekolah. Karena bagi mereka, dunia pendidikan sudah menjadi dunia pengabdian dan mendarah daging sejak lama. 

Untuk mencukupi kebutuhan keluarga, tak jarang Ibu Siti dan Ibu Ending kini banting setir. Terkadang menjadi buruh tani, buruh ibu rumah tangga, dan kegiatan halal lainnya yang bisa mendapatkan penghasilan mereka. 

Karena kebutuhan harian tak bisa ditunggu-tunggu. Uang belanja yang harus dipenuhi, susu anak yang harus dibeli, dan biaya sekolah anak yang tak bisa ditunda-tunda. 

Sahabat dermawan, kita sepakat bahwa kondisi pandemi selama ini sebagai ujian dari Allah Swt. Baik itu buat para guru honorer yang kondisi perekonomiannya cukup mengkhawatirkan, pun ujian buat kita semua. Apakah kita mau saling bantu serta tolong menolong kepada sesama? 

Tak ada pilihan lagi, yuk kita berdonasi lewat Mizan Amanah untuk para guru honorer terutama yang berada di pelosok. Mereka sangat membutuhkan uluran tangan kita semua, dengan cara :  

1.  Klik "Donasi Sekarang"
2. Pilih metode pembayaran: GoPay, Virtual Account, Transfer Bank, Kartu Debit atau Kredit 
3. Dapat laporan via email

Dan sahabat bisa membantu share ke rekan atau saudara Anda.